Dari Nalar Menuju Aksi. (Foto: PMII Tuban)

PC PMII TUBAN - Sejak awal kelahirannya pada 17 April 1960, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah organisasi mahasiswa ekstra kampus yang memadukan nilai-nilai ketuhanan dalam Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) dengan semangat nasionalisme Indonesia yang plural. Lahir dari keprihatinan atas ketimpangan dan ketidakadilan, PMII menjadi wadah nalar kritis dan laboratorium gerakan dalam aktualisasi nilai dengan spirit pembebasan.

Dalam konteks Indonesia yang kompleks dan sarat ketimpangan, PMII memposisikan diri bukan sebagai pengamat pasif, melainkan sebagai pelaku aktif dalam ikhtiar besar keberpihakan membela yang lemah (mustadh’afin). Buku ini membuktikan bahwa PMII tidak kehilangan arah, bahwa ijtihad sosial adalah jalan yang ditempuh untuk melahirkan transformasi sosial yang berkeadilan.

Ijtihad diinterpretasikan bukan hanya perumusan hukum dalam khazanah fikih yang sering kita jumpai tetapi bagaimana menalar dan merumuskan cara berpikir, cara bersikap dan cara bergerak berlandaskan dengan nilai-nilai yang ada dalam PMII. Ijtihad adalah pembebasan nalar dari belenggu dogmatisme, stagnasi intelektual dan kebungkaman sosial.

Keadilan sosial tidak bisa dicapai hanya melalui pengharapan. Keberpihakan dan keberanian untuk bersuara di tengah tirani kekuasaan menjadi tanggungjawab dan keharusan. Nilai Dasar Pergerakan (NDP) yang menjadi pijakan dan motivasi bagi kader PMII harus mampu diterjemahkan dalam ijtihad merumuskan cara bergerak secara kontekstual, Maka kader PMII harus berani hadir sebagai penggugat struktur yang menindas. Sebab diam terhadap ketimpangan dan penindasan adalah bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai Islam dan Pancasila yang menjadi keyakinan bagi kader PMII.

Pengkaderan di PMII bukan semata-mata hendak menjadikan orang terdidik secara intelektual melainkan juga membekali individu atas tugas-tugas kekhalifahan yang harus diemban sebagai hamba tuhan (‘abdullah).

Selain itu pengkaderan juga bermaksud membangun keberpihakan individu terhadap masyarakat dari mana dia berasal. Selain terdidik intelektual juga terdidik kesadaran sosial, Sehingga setelah mengikuti pengkaderan PMII, seorang kader diharapkan akan mengabdikan pengetahuan dan keterampilan tersebut bagi kolektivitas. Bukan diabdikan bagi kebesaran dan kejayaan individual, bahwa ilmu bukan untuk ilmu tetapi ilmu untuk amal.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan peserta Pelatihan Kader Lanjut (PKL) IV PC PMII Tuban tahun 2024 yang memuat dua tema utama, yaitu: 1) Ijtihad PMII dalam Mengawal Kebijakan Berkeadilan. 2) Gerakan Sosial Berbasis Potensi Daerah Agraria, Maritim dan Industri.

Kebijakan publik menjadi hal yang sangat dekat dan memiliki peranan penting dalam upaya pemerintah menjalankan perannya memenuhi dan memfasilitasi hajat masyarakat. kebijakan yang diambil akan memberikan dampak secara luas baik dampak secara politik, sosial maupun ekonomi. Maka dari itu dibutuhkan pemahaman dan pengawalan kader PMII untuk ikut serta dalam terciptanya kebijakan yang efektif, efisien dan berkeadilan.

Potensi lokalitas daerah harus mampu diteropong oleh kader PMII, analisis ketimpangan dan pembacaan atas realitas harus terkristal dalam aksi nyata, sehingga bukan hanya analisis sosial tetapi juga gerakan sosial sebagai bentuk operasionalisasi paradigma kritis transformatif dalam upaya aktif kader terlibat dalam transformasi sosial yang berkeadilan.

Peserta Pelatihan Kader Lanjut (PKL) IV PC PMII Tuban menunjukkan bahwa kaderisasi bukan tujuan akhir, melainkan proses penyadaran dan transformasi nilai dalam mengemban tanggung jawab sebagai kader dan aktivis.

Nalar kritis yang dibangun dalam buku ini tidak berhenti pada dekonstruksi. tetapi dibarengi dengan konstruksi solusi. Setiap kritik atas ketidakadilan dibarengi dengan tawaran alternatif kebijakan.

Sebagai bagian dari kader PMII, kita dituntut untuk tidak berhenti pada berpikir. Nalar kritis adalah keharusan. Tapi itu tak cukup. Aksi adalah keniscayaan. Di sinilah PMII meletakkan misinya yang paling mendasar, bahwa berpikir tanpa aksi hanyalah halusinasi dan aksi tanpa dasar nalar hanyalah kegaduhan.

Maka, "Dari Nalar Menuju Aksi" bukan hanya judul. Tetapi deklarasi sikap. Ia adalah pernyataan kolektif bahwa PMII bukan hanya organisasi intelektual, tetapi juga organisasi pergerakan. Ia bukan hanya tempat berdiskusi, tetapi tempat untuk menyusun strategi gerakan dan melaksanakannya.

Buku ini layak dibaca oleh siapa pun yang ingin memahami bagaimana nilai Islam, nasionalisme dan keadilan sosial dirajut dalam satu benang merah gerakan. Ia adalah karya kolektif dari kader-kader PMII yang tidak ingin diam, yang tidak ingin sekadar menjadi penonton dalam panggung sejarah peradaban manusia. Semoga buku ini menjadi pemantik bagi kader PMII untuk terus berpikir dan bergerak. Untuk tidak puas menjadi pengamat perubahan, tetapi menjadi pengubah kenyataan. Salam Pergerakan.

Oleh: Thobi’us Sholihin (Wakil Ketua I PC PMII Tuban)



*Tulisan di atas merupakan prolog buku "Dari Nalar Menuju Aksi"