![]() |
Menjaga Perjalanan 102 Tahun NU untuk Indonesia yang Maslahat. (Foto: PMII Tuban) |
PC PMII TUBAN - Di usia yang sudah tidak muda lagi Nahdlatul Ulama (NU) telah menapaki perjalanan panjang selama 102 tahun, menjadi salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yang terus berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. NU berdiri sebagai ujung tombak pergerakan umat untuk mempersatukan visi besar membangun negara yang maslahat. Sebagai organisasi yang dilahirkan oleh para ulama-ulama Nusantara untuk menjaga ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah sekaligus merespon tantangan zaman. NU tidak pernah lepas dari setiap perjalanan panjang bangsa Indonesia, merespon perubahan dan mendampingi umat dalam menghadapi tantangan jaman.
NU didirikan oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari bersama para ulama lainnya di tengah arus kolonialisme yang mengancam identitas bangsa. Pada awalnya, NU bertujuan untuk menjaga tradisi Islam moderat di Indonesia, sekaligus menjadi wadah bagi umat Islam untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Sejak awal, NU tidak hanya menjadi organisasi keagamaan tetapi juga mengemban misi kebangsaan. Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada 22 Oktober 1945, misalnya, menjadi bukti nyata komitmen NU dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Fatwa tersebut memobilisasi umat untuk berjuang melawan penjajah demi mempertahankan kedaulatan negara.
Dengan mengingat perjuangan para ulama adalah salah satu ikhtiar untuk menjaga identitas sejarah. Bahwa sejatinya sejarah menjadi milik penguasa, dinasti atau orde yang berkuasa. Siapa yang berkuasa maka ia adalah pemegang sejarah. Begitu juga dengan para kiai dan santri yang telah bergabung dalam barisan Laskar Hizbullah adalah orang-orang diluar lingkaran kekuasaan namun tetap setia memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tujuan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah memperjuangkan kemaslahatan umat.
Seluruh tenaga, pikiran, keringat dan darah telah dipersembahkan untuk bumi pertiwi. Meskipun peran mereka terpinggirkan oleh sejarah yang manipulatif. Namun santri bersama kiai tidak pernah surut dan padam untuk memperjuangkan kemaslahatan umat. Sudah sepatutnya perjuangan para satri dan kiai diperkenalkan pada sekarang. Sehingga mereka tidak lupa terhadap perjuangan yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka.
Selama lebih dari satu abad, NU aktif dalam berbagai bidang yang membawa maslahat bagi umat. Di bidang pendidikan, NU mendirikan ribuan pesantren, sekolah, dan perguruan tinggi yang menghasilkan generasi ulama, pemimpin, dan intelektual bangsa. Pesantren sebagai institusi khas NU menjadi pusat pendidikan agama sekaligus tempat pembinaan karakter dan keterampilan hidup. Dalam bidang sosial, NU memainkan peran besar melalui berbagai lembaga seperti Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU), yang mendukung pemberdayaan masyarakat, penanganan bencana, dan bantuan kemanusiaan. Di bidang ekonomi, NU mendorong kemandirian umat dengan mengembangkan koperasi dan usaha mikro yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecil.
Jika ada yang mempertanyakan, “NU ada dimana? NU tidak kemana-mana, tapi NU ada dimana-mana.” Dalam memaca dimensi kehidupan yang semakin cepat, NU dapat mengikuti alur dengan baik. Baik secara pengetahuan klasik, modern maupun digital. Degan segala tantangan silih berganti namun NU selalu hadir dalam denyut jantung dan nafas masyarakat.
Dalam perjalanannya, NU menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal. Modernisasi, globalisasi, dan radikalisme menjadi isu-isu yang harus dihadapi dengan bijaksana. NU menjawab tantangan tersebut dengan tetap berpegang pada prinsip Islam moderat (wasathiyah) yang inklusif dan toleran. Di era digital, NU juga beradaptasi dengan memanfaatkan teknologi untuk dakwah dan pendidikan. Kehadiran platform digital NU, seperti kanal-kanal media sosial dan portal online, menjadi sarana untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang damai dan rahmatan lil alamin.
Oleh sebab itu, generasi hari ini juga harus sadar betul bahwa perjuangan yang dilalui oleh NU tidak semudah membalikan telapak tangan. Namun terkadang kita lupa bahwa NU punya marwah besar yang tetap harus dilindungi. Tidak sepatutnya bahwa NU dipertaruhkan untuk politik praktis. Sehingga malah meninggalkan subtansi perjuangan untuk umat yang maslahat. Dengan merefleksikan perjalanan panjang yang telah dilalui, sudah sepatutnya NU berjalan lebih bijak dan tidak mudah dipolitisasi oleh seorang politik.
Banyak hal yang perlu dilindungi oleh NU terhadap bangsa ini. Di usianya yang ke-102 tahun, NU terus berkomitmen untuk mewujudkan Indonesia yang maslahat. Prinsip maslahat ini mencakup aspek keadilan, kesejahteraan, dan keberlanjutan bagi seluruh lapisan masyarakat. NU percaya bahwa Islam harus menjadi rahmat bagi semesta, tidak hanya bagi umat Islam tetapi juga bagi seluruh bangsa. Dengan semangat persatuan dan gotong royong, NU senantiasa hadir di tengah-tengah umat untuk memberikan solusi atas berbagai persoalan. Baik dalam menjaga harmoni keberagaman, memperkuat pendidikan, maupun memperjuangkan keadilan sosial, NU tetap teguh pada misinya sebagai pelayan umat dan penjaga nilai-nilai kebangsaan.
102 tahun bukanlah waktu yang singkat. Dalam perjalanan panjangnya, NU telah membuktikan diri sebagai organisasi yang tidak hanya berdedikasi kepada umat Islam, tetapi juga kepada Indonesia secara keseluruhan. Dengan semangat keikhlasan, pengabdian, dan komitmen untuk maslahat, NU akan terus menjadi tonggak perjuangan bagi umat dan bangsa menuju masa depan yang lebih baik.
Penulis: Ahmad Wafa Amrillah (Ketua PC PMII Tuban)
0Komentar